Ticker

6/recent/ticker-posts

Review Buku: Keajaiban Toko Kelontong Namiya


Novel ini bermula dari tiga orang pencuri yang mobil curiannya mogok dan butuh tempat untuk bersembunyi hingga pagi menjelang. Shota, Kohei, dan Atsuya—ketiga pencuri itu—menemukan sebuah ruko bobrok yang sudah ditinggalkan penghuninya.

Fokus ketiga pencuri itu terganggu ketika tiba-tiba ada surat yang masuk melalui pintu lipat toko. Awalnya, mereka mengira ada orang lain yang mengetahui aksi pencurian mereka dan berniat menjebak mereka dengan surat itu. Tapi anehnya, ketika melihat ke luar ruko, tidak ada tanda-tanda orang lain di sana.

Ketiga pencuri itu membuka amplop surat dan malah terganggu oleh isi surat yang berasal dari seseorang wanita yang menggunakan nama Kelinci Bulan. Rupanya, Kelinci Bulan meminta saran untuk masalahnya yang pelik.

Kelinci Bulan, seorang atlet, yang sedang mempersiapkan diri untuk mengikuti olimpiade. Kelinci Bulan memiliki seorang pacar yang tengah sakit parah dan ia ingin menjaganya. Namun, pacar Kelinci Bulan malah melarangnya berhenti dari atlet dan meminta Kelinci Bulan untuk terus melanjutkan impiannya. Dihadapkan pada kondisi sulit, Kelinci Bulan kemudian mengirim surat untuk meminta saran dari Toko Kelontong Namiya.

Atsuya ingin mengabaikan surat itu karena tidak ingin mengurusi urusan yang tidak penting. Sementara Shota dan Kohei tergugah oleh isi surat itu dan mulai mengirimkan balasan. Pada akhirnya, mereka bertiga mulai kedatangan surat-surat lain yang meminta saran untuk kasus-kasus yang sama peliknya. Yang anehnya, semua surat tersebut berasal dari masa lalu.

"Coba ingat-ingat. Dalam situasi biasa, kita tidak pernah mendengar masalah orang lain. Tidak ada yang mau mendengar pendapat kita. Mungkin akan terus begitu seumur hidup. Jadi anggap saja ini kesempatan pertama sekaligus terakhir. Menurutku tidak ada salahnya." -- hlm 29

*** 

Saya sudah sering melihat novel Keajaiban Toko Kelontong Namiya muncul di media sosial. Sebenarnya saya sudah membaca beberapa halaman, tapi terhenti karena merasa halaman awalnya membosankan sekali. Namun, setelah diberitahu kalau kisah di dalam novel ini sedih dan deep sekali, barulah saya memaksakan diri membaca sampai selesai.

Ditulis dengan latar belakang masa kini (2012) dan masa lalu (sekitar tahun 1979-1980an). Tokoh utamanya, ketiga orang pencuri yang ingin bersembunyi di dalam Toko Kelontong Namiya, tapi malah berhadapan dengan hal-hal mistis tentang toko tersebut.

Rupanya di masa lalu, ruko tempat ketiga pencuri itu bersembunyi adalah toko kelontong milik seorang kakek bernama Namiya Yuji. Konsultasi yang dilakukan kakek itu awalnya muncul karena pertanyaan remeh anak-anak yang malah ia tanggapi dengan serius. Pertanyaan remeh dan jawabannya itu hanya ditempel di dinding toko. Sementara, ternyata permintaan konsultasi serius pun mulai muncul. Cara konsultasi yang dilakukan oleh Kakek Namiya pun berubah. Setiap surat berisi masalah serius harus dimasukkan ke lubang surat di pintu lipat toko. Esoknya, jawaban telah tersedia di kotak susu yang terletak di dinding luar toko, dan si pengirim bisa segera mengambilnya.

Saya suka cara penulis menghubungkan antarkarakter dalam novel ini. Meski berbeda tahun dan latar belakang, semua karakter dalam cerita punya benang merahnya tersendiri. Toko Kelontong Namiya pun juga mendapat atensi dari orang-orang karena "benang merah" tersebut. Seperti kabar burung yang beredar dan mulai membuat permintaan konsultasi semakin banyak. Namun, Kakek Namiya tidak meminta bayaran sama sekali untuk surat-surat itu. Ia melakukannya secara sukarela.

Selain itu, pemilihan karakter "maling" sebagai karakter utama juga termasuk hal-hal deep lainnya. Shota, si pencuri penuh ide. Kohei, si pencuri penuh perasaan. Sementara Atsuya, si pencuri yang mudah terpancing amarah, tapi juga paling tegas soal keputusannya untuk tidak memerdulikan surat itu. Anehnya, meski Atsuya yang menolak tentang keberadaan surat itu, kenyataannya malah Atsuya-lah yang pertama kali menyobek amplop surat dan melihat isinya.

Atsuya mendengus dan bangkit duduk. "Ingin membantu? Jangan konyol. Memangnya orang seperti kita bisa apa? Sudah tidak punya uang, tidak punya latar pendidikan atau koneksi... Yang bisa kita lakukan paling-paling hanya mencuri. Itu pun kita tidak becus. Begitu akhirnya dapat barang berharga, ujung-ujungnya mobil yang kita gunakan untuk kabur malah mogok. Akibatnya kita jadi harus mengungsi di tempat bobrok penuh debu ini. Apa menurutmu orang-orang seperti kita yang tidak bisa mengatasi masalahnya sendiri bisa membantu mengatasi masalah orang lain?" -- hlm 26

Selain diperlihatkan tentang tokoh utama yang adalah pencuri, menariknya penulis juga mengubah sudut pandang novelnya yang memperlihatkan kehidupan para penulis surat. Jadi, pembaca bisa melihat surat itu dari sudut pandang si pengirim dan penerima. 

Kisah-kisah yang tersaji cukup rumit. Seperti kisah seorang atlet yang kebingungan ingin menjaga pacarnya yang hidupnya tak lama lagi atau tetap lanjut latihan untuk mengikuti olimpiade, kisah seorang anak yang ingin meneruskan impiannya menjadi musisi atau melanjutkan toko ikan milik keluarga karena ayahnya yang sudah tua mulai sakit-sakitan, kisah seorang anak yang harus melarikan diri dengan orangtuanya karena terlilit utang tapi anak tersebut takut akan selamanya menjalani hidup dengan terus melarikan diri, dan beberapa kisah lainnya. 

Secara keseluruhan, kisah yang muncul merupakan kisah yang rumit dan jawabannya tak bisa diselesaikan jika tidak mengetahui latar belakang kehidupan si pengirim surat. Tak hanya itu, ternyata Toko Kelontong Namiya sendiri juga punya misteri yang menarik sekali untuk diketahui. Penulis benar-benar menuliskan novel yang complicated sekaligus unik dan seru sekali untuk dibaca.

Secara umum, novel ini cocok sekali dibaca untuk penyuka novel time travel yang suka dengan hal-hal berbau magical.

Dalam berbagai kasus, sebenarnya si pengirim surat sudah menemukan jawabannya. Mereka berkonsultasi hanya demi memastikan bahwa orang lain juga membenarkan keputusan mereka. -- 144

Tidak masalah jika kau tidak berhasil memenangkan medan perang itu. Bahkan perjuangan yang sia-sia pun berharga. -- hlm 122

blurb novel Keajaiban Toko Kelontong Namiya

Posting Komentar

1 Komentar